JAYAPURA - Bahan bakar BE85 bisa digunakan
sebagai energi alternatif ramah lingkungan pengganti bahan bakar fosil
yang tingkat polusi dari proses pembakarannya cukup tinggi.
Wah mengapa? Karena BE85 bisa digunakan sebagai pengganti bahan bakar bensin. Ini karena BE85 memiliki nilai kalor atau panas yang lebih rendah daripada premium. Dosen di Universitas Sains dan Teknologi Jayapura (USTJ) Hendry Yoshua Nanlohy, mengatakan BE85 merupakan bahan bakar Bioetanol yang dapat dipakai untuk sepeda motor berbahan bakar bensin. Di mana bahan bakar tersebut bisa didapatkan dengan cara mencampurkan 85 persen Bioetanaol dengan bensin (premium) sebesar 15 persen.
Wah mengapa? Karena BE85 bisa digunakan sebagai pengganti bahan bakar bensin. Ini karena BE85 memiliki nilai kalor atau panas yang lebih rendah daripada premium. Dosen di Universitas Sains dan Teknologi Jayapura (USTJ) Hendry Yoshua Nanlohy, mengatakan BE85 merupakan bahan bakar Bioetanol yang dapat dipakai untuk sepeda motor berbahan bakar bensin. Di mana bahan bakar tersebut bisa didapatkan dengan cara mencampurkan 85 persen Bioetanaol dengan bensin (premium) sebesar 15 persen.
"Efisiensi termal terbesar yang dihasilkan BE85 untuk
sepeda motor adalah 17,44 persen pada putaran mesin 3000 rpm (round per
minutes). Sedangkan pada premium terjadi pada 7.500 rpm sebesar 20,36
persen. Hal ini berkaitan dengan temperatur gas buang yang dihasilkan
dari masing-masing bahan bakar," ujar Hendry kepada wartawan di
Jayapura, Sabtu (26/11/2011).
Dia mengatakan, dibandingkan dengan
bahan bakar premium, bahan bakar BE85 memiliki kelebihan dalam hal
efisiensi termal atau panas yang dihasilkan dari pembakaran lebih rendah
dibanding premium. Pada putaran mesin terbesar, temperatur gas
buang bahan bakar BE85 standar antara 530 hingga 540 derajat selsius.
Sedangkan premium bisa mencapai 870 sampai 890 derajat selsius pada
putaran mesin terbesar.
"Tetapi kandungan energi yang dimiliki
Bioetanol lebih kecil dibandingkan premium. Oleh sebab itu, untuk
memperoleh daya yang setara atau lebih besar maka kita perlu mensuplai
bahan bakar yang lebih banyak lagi," lanjut Dosen Teknik Mesin ini.
Menurutnya,
apabila berjalan sempurna maka proses pembakaran bahan bakar fosil
hanya menghasilkan gas karbondioksida. Tetapi kenyataannya pembakaran
tersebut tidak berlangsung sempurna sehingga dari proses itu dihasilkan
pula beberapa gas yang membahayakan kesehatan tubuh manusia di antaranya
gas karbonmonoksida, hidrokarbon dan nitrogen. Sedangkan
Bioetanol pada umumnya memiliki kandungan oksigen yang lebih banyak
sehingga proses pembakaran lebih sempurna dan bisa mengurangi
terbentuknya gas buang karbon,” terang Hendry.
(ade)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar