Mereka
mengambil lapisan dari GST setebal satu nanometer dan menumpuknya
dengan dua konduktor transparan yang sangat tipis di kedua permukaan,
yang kemudian di tancapkan di ujung permukaan kaca. Para ilmuwan
ini memprediksi bahwa dengan memvariasi ketebalan dari lapisan
transparan tersebut, mereka akan dapat merubah warna cahaya yang
terpantul, dan dengan mengganti fase melalui GST, mereka akan dapat
merubah warna. Mereka kemudian menciptakan prototipe untuk melihat kemungkinan berubahnya warna abu abu ke biru dengan memanaskannya.
“Kami
sedikit tidak percaya ketika percobaan pertama kami berhasil, kami
kemudian mencoba tes yang sama dengan beberapa warna yang lain dan
rupanya hal itu juga berhasil,” kata Bhaskaran.
“Saya sudah
menjadi peneliti untuk waktu yang cukup lama, dan baru pertama kali ini
sebuah eksperimen berhasil pada percobaan pertama.”
Para Ilmuwan
yang ada disini kemudian menggunakan bagian kepala dari miskrospop atom
untuk mengambil gambar monokromatik dari permukaannya. Mereka juga membuat piksel singular menggunakan elektroda transparan, yang sangat menentukan dalam produksi teknologi layar. Bhaskaran menyatakan bahwa teknologi ini akan memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan layar layar yang sudah ada. Lapisan
yang digunakan memiliki tebal yang hanya satu nanometer sehingga layar
bisa dibuat sangat tupis dan enteng, dan begitu sebuah gambar dimuat di
layar, tidak perlu lagi dibutuhkan energi untuk menahan gambar tetap ada
disana. Ditambah lagi, karena ukuran piksel yang hitungannya
hanya nanometer, resolusi dari gambar akan jauh lebih tinggi ketimbang
teknologi seperti LCD dan LED yang sudah ada. Meskipun masih
terlalu dini, Bhaskaran dan tim berharap teknologi ini dapat berpindah
dari laboratorium ke toko toko dalam jangka waktu beberapa tahun.
“Kita sudah mematenkan teknologi ini dan sekarang sedang dalam proses pengembangan prototipe,” tambahnya.
“Kami
ingin menunjukkan bahwa teknologi ini juga dapat memutar video di layar
yang sangat kecil untuk menunjukkan resolusi gambar yang sangat tinggi.
Kami berharap bahwa hal ini dapat kita capai pada 2015. Jika itu
berhasil, kita akan mengembangkan aplikasi dari situ.”
Menurut dosen senior dari University of New South Wales, teknologi ini masih sangat asing.
“Ini adalah aplikasi teknologi lama yang digunakan dalam aplikasi modern yang populer,” katanya.
Dia
juga mengatakan bahwa masih banyak tantangan yang harus dihadapi
sebelum teknologi ini bisa diaplikasikan menjadi teknologi layar yang
bekerja.
“Kekhawatiran saya adalah seberapa banyak kontras dan
warna yang bisa dicapai. Pertanyaan terbesarnya adalah apakah teknologi
ini sanggup bersaing dengan pasar yang saat ini dipimpin oleh layar LED
organik, terutama di bagian kualitas.”
Terlepas dari itu, dia
menambahkan bahwa industri ini bergerak secara cepat, menurutnya
teknologi baru selalu memiliki peluang untuk mengambil dominasi secara
cepat.
“Perjalanan masih cukup panjang sebelum teknologi ini dapat
diaplikasikan. Namun industri ini cenderung berjalan dengan cepat
karena besarnya investasi dan uang yang mengalir apabila teknologi ini
memang lebih baik dari apa yang sekarang sudah ada di pasar.”
0 komentar on "Teknologi yang Mirip dengan Proses Pembekuan Air Menjadi Es"
Posting Komentar